Langsung saja tanpa basa-basi kita mulai.
1. Pantai Tanjung Setia
Pantai yang terletak di sepanjang pantai barat Lampung ini belum banyak dikenal orang. Tempatnya terpencil dan berselimut hutan lebat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Pantai ini juga tak sepopuler Pantai Kuta di Bali atau Pantai Senggigi di Lombok.
Namun siapa sangka di balik itu semua, ombak di pantai tanjung setia begitu memikat para peselancar dunia. Bahkan tak jarang ada yang mengatakan inilah salah satu surganya para peselancar karena ombaknya sejajar dengan yang ada di Hawaii. Peselancar mancanegara yang suka berkunjung ke Pantai ini berasal dari Portugal, Afrika Selatan, Australia, Amerika, Spanyol, Belanda dan Jepang. Di pantai ini juga sering diadakan kompetisi surfing internasional.
Pantai Tanjung Setia berjarak 273 km atau 7 jam perjalanan darat dari Kota Bandar Lampung. Pantai yang terletak di Desa Tanjung Setia, Kabupaten Lampung Barat ini berada tepat di jalur arus besar Samudera Hindia. Hal ini membuat pantai ini memiliki ombak yang konstan. Pantai ini paling baik dikunjungi saat bulan Juni-Agustus karena ombaknya sangat bagus. Pada bulan tersebut, ombak bisa setinggi 6-7 meter dan dengan panjang mencapai 200 meter.
Selain karakteristik ombak yang menantang, panorama alam di sekitar pantai juga menyajikan pemandangan yang menarik untuk dinikmati. Pohon palem yang tumbuh lebat dan hijau di sekitar pantai menghadirkan suasana alam yang menyegarkan. Selain itu, kondisi pasir yang halus, bersih, dan putih bak mutiara menjadikan pantai ini sangat cocok untuk tempat berjemu.
Pantai yang terletak di sebuah teluk kecil ini sering digunakan oleh turis-turis asing untuk tempat memancing karena di pantai ini kaya akan ikan laut mulai ikan Tuna sampai Blue Marlin, Ikan jenis ini memiliki berat hingga mencapai 50 – 70 kilogram dengan ukuran panjang 170 sentimeter. Disini juga sudah tersedia cottage yang alami yang bangunannya menyatu dengan alam.
Lokasi Pantai Tanjung Setia
Pantai Tanjung Setia Lapung Terletak di Desa Tanjung Setia, Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat, pantai mempesona ini terletak 52 km dari ibu kota kabupaten Liwa ke arah Krui, dan 273 km atau 6-7 jam dari ibu kota propinsi Bandar Lampung.
2. Pantai Plengkung G-Land
Ingin berselancar? beberapa pantai di Indonesia terkenal dengan surganya para peselancar. Sebut saja pantai - pantai yang ada Bali, Ombak Bono di Sungai Kampar dan pantai lainnya. Namun selain nama-nama di samping ada sebuah pantai di kawasan Banyuwangi yang ombaknya tak kalah menantang.
Pantainya sudah terkenal di mata para peselancar mancanegara. Nama pantainya adalah Plengkung atau lebih terkenal dengan sebutan G-Land yang berada di di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Konon kabarnya G-Land ini memiliki ombak terbesar dan tertinggi kedua di dunia serta terpanjang di dunia. Dan menjadi salah satu yang terbaik dengan ombak setinggi 4-6 meter sepanjang 2 Km dalam formasi 7 gelombang bersusun.
Ombaknya No 2 Setelah Hawai
Ombak di Plengkung ini adalah nomor dua setelah Hawaii dan yang memiliki ombak terus menerus sepanjang tahun. Bagi para surfer, bulan Juli-September adalah waktu terbaik untuk mengunjungi pantai G-Land. Saat itu, ombak di pantai ini sedang bagus-bagusnya. Ombak di pantai ini terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu Kong Waves (tinggi ombak mencapai 6-8 meter), Speedis Waves (5-6 m), dan Many Track Waves (3-4 m). Tak mengherankan lantaran ombaknya yang begitu menantang, di tempat ini pernah diselenggarkan lomba selancar internasional Quicksilver Pro Surfing Championship pada 1995, 1996, dan 1997.
Untuk sebutan G-Landnya sendiri diberikan oleh penemunya karena wilayah ini menyerupai huruf G bila dilihat dari atas, kebetulan saat ditemukan pertama kali, penemunya sedang dalam perjalanan terbang dengan pesawat terbang diatas G-Land. Selain itu nama G-Land ini juga mengindikasikan dari kata Grajagan, yaitu nama dari sebuah teluk.
Sedangkan orang pertama yang mempopulerkan pantai dan ombak ini di Pantai Plengkung adalah Bob Laverty dan Bill Boyum di tahun 1972. Kemudian mereka mendirikan surf camp di sana dan akhirnya dikenal luas peselancar kelas dunia dari berbagai negara. Berikutnya, Bobby Radiasa seorang peselancar dari Bali , mengembangkan surf campdan mengelolanya hingga saat ini.
Pantai Plengkung ini selain bagus untuk surfing juga memiliki kombinasi tiga warna. Pantai G-Land mempunyai kombinasi tiga warna, yaitu putih, biru, dan hijau. Pemandangan tersebut akan terlihat dari laut. Sungguh pemandangan yang berbeda dari Bali atau pun Hawaii. Kalau Hawaii dan Bali, dibelakang pantainya itu gedung-gedung. Namun G-Land ini dilatarbelakangi oleh hutan yang hijau
3. Ombak Bono Riau
Ombak ini bukanlah ada di pantai seperti kebanyakan ombak lainnya, melainkan terdapat di sebuah sungai di Riau, tepatnya di Sungai Kampar. Walaupun di sungai, liarnya ombak tak kalah dengan yang ada di pantai. Tak heran, para penikmat ombak liar dari mancanegara sering datang ke tempat ini untuk berselancar.
Gelombang bono memiliki tinggi 4 hingga 6 meter dan membuat para surfer merasa tertantang. Selain tinggi, ombak ini juga panjang, sehingga membuat acara menyusur ombak terasa lebih seru bagi peselancar. Konon, hanya terdapat dua lokasi Bono di dunia yang tergolong besar, yakni di Brazil tepatnya di kuala Sungai Amazon dan lainnya di kuala Sungai Kampar, Pelalawan, Riau. Dan ombak Bono kuala Sungai Kampar disebut lebih besar dibandingkan ombak Bono di Sungai Amazon.
Gelombang Tujuh Hantu
Menurut cerita masyarakat Melayu lama, ombak Bono terjadi karena perwujudan 7 (tujuh) hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Kuala Kampar. Ombak besar ini menakutkan bagi masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan upacara semah. Ombak ini sangat mematikan ketika sampan atau kapal berhadapan dengannya. Tak jarang sampan hancur berkeping-keping di hantam ombak tersebut atau hancur karena menghantam tebing sungai. Tak sedikit kapal yang diputar balik dan tenggelam akibatnya.
Dahulunya gulungan ombak ini berjumlah 7 (tujuh) ombak besar dari 7 hantu. Ketika pada masa penjajahan Belanda, kapal-kapal transportasi Belanda sangat mengalami kesulitan untuk memasuki Kuala Kampar akibat ombak ini. Salah seorang komandan pasukan Belanda memerintahkan untuk menembak dengan meriam ombak besar tersebut. Entah karena kebetulan atau karena hal lain, salah satu ombak besar yang kena tembak meriam Belanda tidak pernah muncul lagi sampai sekarang. Maka sekarang ini hanya terdapat 6 (enam) gulungan besar gelombang ombak Bono.
Pertemuan Arus Sungai dan Laut
Nah, ombak Bono dijelaskan secara ilmiah merupakan fenomena alam yang terjadi karena pertemuan arus Sungai Kampar dengan arus Laut China Selatan. Sungai biasanya hanya memiliki aliran, yaitu dari hulu menuju hilir. Kadang, ada juga bagian sungai yang membuatnya terlihat seperti memiliki gelombang, namun itu hanyalah karena ada batu yang menahan laju aliran air. Beda halnya dengan yang ada di Sungai Kampar, di sini, bukan arus yang terlihat melainkan gelombang.
Meski terjadi sepanjang tahun, namun gelombang ini memiliki waktu-waktu terbaik. Jika ingin merasakan ombak yang besar dan panjang, datanglah pada saat bulan purnama, demikian dikutip dari buku Surfer Village).
Namun patut diingat jangan sekali-kali berani menaklukkan Gelombang Bono jika belum mahir berselancar. Karena jika Anda tidak bisa bertahan di atas ombak, Anda bisa hilang terseret gelombang dan muncul di hutan yang letaknya beratus meter atau bahkan kilometer dari tempat asal. Dan yang lebih buruknya lagi, Anda bisa saja jadi santapan buaya liar yang sedang lapar.
sumber : Kaskus.com